Kunekune
Untuk kali ini aku akan membahas salah satu urban legend dari Jepang. Sosok misterius yang bernama kunekune. Kisah ini diambil dari dua narasumber yang berbeda. Namun dari kedua cerita ini, sepertinya deskripsi tentang mahluk ini dan dampak bagi orang yang melihatnya, memiliki persamaan.
* * *
Waktu itu aku masih muda. Orangtua-ku mengajak aku dan kakak-ku pergi untuk mengunjungi rumah kakek dan nenek. Kami jarang berkunjung ke sana karena rumah mereka terletak jauh di pinggiran kota Akita.
Sesampainya di sana, aku dan kakak-ku lekas pergi bermain keluar. Kami berjalan menelusuri persawahan. Hamparan hijau yang sangat luas berada di hadapan kami. Hembusan anginnya sangat lembut. Udaranya sangat bersih dan lebih segar jika dibandingan dengan area perkotaan.
Tanpa kami sadari, matahari sudah berada di atas kepala kami. Panas mulai menyengat, tidak ada hembusan angin saat itu. Sepertinya saat itu aku sudah mulai kelelahan.
Setibanya kami di dekat rumah kakek dan nenek, tiba-tiba kakak-ku menghentikan langkahnya. Seperti ada sesuatu yang menarik perhatiannya dari kejauhan.
"Kakak sedang melihat apa? " tanyaku.
"Itu. Benda yang ada di sana." jawabnya.
Benar-benar hanya ada hamparan hijau persawahan sejauh mata memandang. Setelah aku perhatikan baik-baik, ternyata memang terlihat sesuatu di tengah-tengah area persawahan itu. Letaknya sangat jauh dan tidak terlalu terlihat jelas. Jadi aku tidak terlalu yakin benda apa itu. Yang bisa aku gambarkan, benda itu berwarna putih, bentuk dan ukurannya kira-kira sama dengan manusia. Walaupun benda itu tidak beranjak dari tempatnya, namun itu terlihat bergerak-gerak, menggeliat dan melekuk-lekuk seperti terhempas hembusan angin.
"Mungkin itu orang-orangan sawah." kataku.
"Tidak mungkin itu orang-orangan sawah!..." balas kakakku.
"Orang-orangan sawah tidak bergerak seperti itu."
"Mungkin itu hanya kain." kataku.
"Tidak tidak. Itu juga bukan kain." jawab kakak-ku lagi.
"Tidak ada rumah lain di sekitar sini. Selain itu, sekarang tidak ada angin yang berhembus, tapi benda itu tetap saja bergerak dan menggeliat. Benda apa itu sebenarnya?"
Perutku mulai terasa tidak enak. Sepertinya aku merasakan semacam firasat buruk tentang hal ini. Kakakku berlari masuk ke rumah, dan kembali keluar dengan membawa sebuah teropong.
"Teropong?! Boleh aku melihatnya duluan? Aku sangat penasaran.." kata-ku.
Saat aku hampir mengambil teropong itu, dia mendorongku ke belakang.
"Tidak! Aku duluan!" katanya dengan sambil tersenyum.
"Aku yang lebih tua. Kamu bisa sampai puas melihatnya nanti. Setelah aku selesai."
Segera setelah kakakku melihat lewat teropong, aku menyadari ekspresi wajahnya mendadak berubah. Mukanya menjadi pucat dan dia mulai bercucuran keringat. Dia menjatuhkan teropongnya ke tanah dan aku bisa melihat ketakutan terpancar dari matanya.
"Apa itu, kak?! " aku bertanya dengan gugup.
Kakak-ku menjawab sambil terbata-bata "I.. itu...itt. itu a.. adalah.. ittu ..."
Sesuatu terjadi pada kakak-ku.
Tanpa mengeluarkan kata-kata lain, dia berpaling dan mulai berjalan kembali ke rumah. Sesuatu terasa ganjil. Dengan tangan bergetar, aku membungkuk dan mengambil teropong yang terjatuh itu. Aku sangat penasaran, tapi aku terlalu takut meletakan teropong itu di mata-ku, untuk memastikan benda apa itu sebenarnya.
Di kejauhan, objek putih itu masih terlihat bergerak-gerak, berputar dan menggeliat.
Kemudian, kakekku datang menghampiri kami.
"Apa yang kau lakukan dengan teropong itu? " Tanya kakek.
"Tidak ada.." jawabku.
"Aku hanya penasaran dengan benda putih di sana.." jawabku sambil menunjuk.
Sambil menyipitkan matanya, kakek memandang ke arah jari-ku menunjuk.
"I..ITU?! " teriak kakek dengan ekspresi terkejut.
"KAMU SEHARUSNYA TIDAK MELIHAT KE ARAH BENDA ITU!! "
Belum sempat aku melihat benda itu, tangan kakek dengan cepat merampas teropong yang aku genggam.
"Apa kamu sudah melihatnya?! " kata kakek dengan nada bicara yang masih tinggi.
"Apa kamu sudah melihatnya dengan teropong? "
"Ti.. Tidak.." kataku gugup dengan suara parau. "Aku belum sempat melihatnya.."
Kakekku menghela napas lega. "Syukurlah.." katanya. "Itu bagus..."
Kemudian kakek menuntunku kembali masuk ke rumah.
Saat aku berjalan masuk ke dapur, semua orang sedang menangis. Kakakku sedang berguling-guling di lantai sambil tertawa seperti orang gila. Kemudian dia berbaring di lantai dengan posisi menghadap ke atas, badannya menggeliat dan bergerak-gerak dengan liar... Sama seperti benda putih yang kulihat dari kejauhan itu.
Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Amat mengenaskan melihat kakak jadi seperti itu. Aku pun ikut menangis.
Dia tidak seperti kakakku lagi. Dia telah benar-benar kehilangan akal sehatnya.
Hari berikutnya, orang tuaku pun memutuskan membawa kami pulang ke rumah. Nenek dan kakekku berdiri di beranda rumah mereka, melambai sedih pada kami saat mobil mulai melaju. Aku duduk di kursi belakang dengan kakakku. Aku sangat sedih. Tangisku benar-benar sudah tidak bisa terbendung lagi.
Kakakku masih tertawa seperti seorang yang menderita penyakit jiwa. Mereka mengikat kakak dengan erat di kursi untuk meredam gerakannya. Wajah kakakku menampakkan sebuah senyuman palsu. Dia terlihat tertawa bahagia, namun aku melihat dengan jelas, matanya menangis. Pipinya basah akibat air mata, namun tawanya tidak kunjung reda. Seketika rasa dingin merayapi tulang belakangku.
Ayahku menepikan mobil di sisi jalan, kemudian melangkah keluar dari mobil. Dia mengambil teropong itu. Dengan sangat marah dia menghempaskan teropong itu keras-keras ke tanah. Lalu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia masuk ke mobil, dan kembali mengemudi.
* * *
Seorang pria jepang lain juga pernah bercerita tentang pengalamannya dengan mahluk yang biasa disebut kunekune itu.
Saat itu aku masih anak-anak. Aku tinggal dia sebuah kota kecil dekat tepi pantai, di prefektur Chiba. Suatu sore, paman mengajakku untuk berjalan-jalan di pantai. Saat kami berjalan menyusuri tepi pantai, aku melihat ke arah laut dan melihat sesuatu berwarna putih di kejauhan. Kira-kira benda itu seukuran manusia yang berbadan tinggi. Dan yang membuat aku sangat penasaran, benda itu bergerak meliuk-liuk dengan aneh, layaknya kain yang terhempas angin.
"Paman! Benda apa itu? Benda yang ada di tengah laut sana." aku bertanya pada pamanku.
Dia menatapnya dan aku melihat wajahnya tampak pucat. Semacam tatapan ketakutan terpancar dari matanya. Dia tidak bisa berhenti menatapnya.
"L.. LARI! SELAMATKAN DIRIMU! " jeritnya histeris.
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi aku ketakutan. Jadi aku lari kembali ke rumah dan bercerita pada kakekku. Setelah mendengar cerita dariku, wajah kakek langsung memucat.
"Itu kunekune..." kata kakek. "Kamu beruntung bisa lepas darinya. Kau jangan pernah menatap mahluk itu secara langsung. Sekarang dimana pamanmu? "
"Paman masih ada di tepi pantai..." jawabku dengan gemetar.
"Aku harus menyelamatkan anakku.." kata kakek. Dia pergi secepat yang dia bisa ke tepi pantai. Aku mengikutinya dari belakang, cemas dan ketakutan.
Dari kejauhan, aku bisa melihat pamanku masih berdiri di pantai. Saat itu dia tampak 'beku' dan hanya menatap ke satu arah. Benda putih itu, jauh di lautan sana. Kakekku mengambil sebatang dahan kayu dan menghampiri pamanku, menggumamkan semacam doa sambil bernapas lesu. Kakek menjaga agar matanya tetap menatap ke arah bawah, berhati-hati agar dia tidak melihat sesuatu yang telah dilihat oleh pamanku.
Kakekku memutuskan untuk menarik pamanku menjauh dan membawanya pulang ke rumah. Walaupun pamanku selamat, dia menderita semacam gangguang mental selama sisa hidupnya. Sejak hal itu terjadi, dia telah keluar masuk rumah sakit beberapa kali. Dia tidak pernah sama lagi seperti dulu.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Kunekune sudah menjadi urban legend di Jepang. Kunekune diambil dari kata bahasa Jepang yang berarti "melilit", "melekuk-lekuk", atau "berliku-liku". Mahluk yang digambarkan dengan sosok yang tinggi, ramping, berbentuk menyerupai manusia, namun juga sekilas terlihat seperti lembaran kain. Mahluk ini akan terlihat dengan gerakan-gerakan seperti menggeliat dan memutar, dalam kondisi berangin ataupun tidak ada angin sama sekali. Sekilas akan terlihat seperti orang-orangan sawah yang terbuat dari kain putih. Konon mahluk ini dapat muncul saat musim panas pada tengah hari, tepatnya saat kondisi sedang sangat cerah dan panas. Mahluk ini akan muncul di kejauhan, di suatu area yang luas. Seperti di area persawahan ataupun di tengah laut.
Menurut cerita, orang akan menjadi gila, jika berusaha mendekat dan melihat mahluk ini secara langsung. Dan jika berada sangat sangat dekat, kemudian seseorang berusaha menyentuhnya, maka kunekune akan membunuh orang itu.
Satu hal lagi, kunekune juga dapat muncul di area perkotaan yang luas, dengan warna hitam pekat.
source: scaryforkid.com
translated by ZhukeLiang, Wattpad.
improved by Akira Asayami