Oktober 20, 2016

Creepypasta Jepang - Hotel Murah

Hotel Murah
juon, ju-on, creepypasta jepang, creepypasta indonesia, kumpulan creepypasta

Delapan tahun lalu, aku bekerja di sebuah perusahaan keamanan di Jepang. Perusahaan kecil yang selalu sibuk sepanjang tahun. Saat itu, beberapa dari kami harus menghadiri konferensi bisnis di luar kota. Tugasku adalah memesan beberapa kamar hotel dimana kami akan beristirahat.

Sebulan lebih sebelum konferensi, aku menemukan sebuah hotel yang memasang harga murah. Aku menemukan website milik hotel itu di internet, jadi saat itu juga aku langsung memesan 4 kamar untuk digunakan sekitar satu bulan yang akan datang. Tepatnya saat konferensi dilaksanakan. Kenapa 4 kamar? Karena kelompok yang pergi untuk mengikuti konferensi saat itu terdiri dari 4 orang. Aku sendiri, teman kerjaku yang bernama Shinichi, manager kami, dan pemilik perusahaan tempat kami bekerja.

  *   *   *

Sehari sebelum konferensi dilaksanakan, aku menelepon pihak hotel untuk mengkonfirmasi booking kamar yang telah aku lakukan dari jauh-jauh hari. Namun, aku mendapatkan jawaban yang sama sekali tidak ingin aku dengar. Saat mereka mengecek pemesanan, staf hotel tersebut menyadari mereka telah membuat suatu kesalahan. Mereka hanya menyediakan dua kamar single untuk kami, yang tadinya kami memesan 4 kamar.

Aku sangat geram. Aku memprotesnya sambil marah-marah. Kemudian staf hotel hanya bisa berkata, bahwa mereka tidak memiliki kamar lain yang tersedia. Saat itu juga, aku menuntut untuk berbicara pada manajer hotel secara langsung. Alih-alih memangil managernya, staf hotel tersebut memberitahuku kalau saat itu tersedia satu kamar ganda yang bisa berikan pada kami dengan harga yang sama dengan kamar single. Sebenarnya, aku tidak terlalu senang dengan solusi yang dia tawarkan, tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Dengan waktu 1 hari aku sudah tidak bisa merubah rencana dan mencari hotel lain. Semua sudah terlambat.

Hari berikutnya, kami berempat datang menghadiri konferensi.

Konferensi berjalan lancar namun berlangsung cukup lama. Setelah semua selesai, kami memutuskan untuk pergi ke hotel yang sudah kami pesan, untuk beristirahat. Walaupun tidak terlalu jauh, kami tiba di hotel itu sekitar pukul satu pagi, karena konferensi berlangsung sampai malam. Kami segera mengambil kunci kamar di meja resepsionis. Karena kami berempat sudah sangat lelah, jadi kami langsung masuk ke kamar masing-masing untuk tidur. Tentu saja, pemilik perusahaan dan manajer memperoleh 2 kamar single yang tersedia. Jadi, aku dan Shinichi terpaksa harus berbagi satu kamar ganda.

Kamar ganda itu ada di lantai atas hotel, dan letaknya berada di bagian belakang. Saat aku membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan, aku merasakan perasaan ngeri yang aneh. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi entah kenapa ruangan itu memberikan suasana yang sangat tidak menyenangkan. Kamar ganda yang kami tempati berdua itu memiliki dekorasi bergaya Jepang tradisional. Tapi luar biasa kotor.

Karena aku sudah sangat lelah, jadi aku langsung masuk ke dalam kamar dan membanting kecil koperku ke atas lantai. Aku bisa melihat raut wajah rekanku, Shinichi yang tidak terlalu bahagia. Aku berusaha meyakinkan rekanku, mungkin saja kamar yang kami tempati saat itu tidak seburuk kelihatannya.

Terdapat 2 buah futon (sejenis matras untuk tidur) yang disediakan di atas lantai. Keduanya terlihat bersih seperti baru. Tetapi segala hal lain di kamar itu sangat kotor dan berdebu. Tirai terlihat compang-camping dan lembab. Kertas dinding yang mengelupas dan dihiasi dengan tambalan-tambalan, bahkan banyak jamur yang tumbuh dihampir segala sisi kamar. Hal itu sangat menjijikkan. Dari segala kondisi yang terlihat, aku bisa simpulkan bahwa kamar ganda yang kami tempati malam itu sudah sangat lama tidak digunakan kembali.

Di sana terdapat juga 2 buah shoji (panel kayu dengan sisi yang ditempelkan dengan sejenis kertas transparan) untuk berganti pakaian. Jadi sebelum tidur, kami berdua pergi ke belakang masing-masing shoji untuk mengganti pakaian. Saat aku sedang melepaskan celana, aku menunduk ke arah lantai. Aku melihat noda merah gelap di karpet yang sedang aku injak, seolah seseorang telah menumpahkan sesuatu di sana tapi tak ada orang yang mau membersihkannya.

Aku memutuskan untuk protes ke manajer hotel tentang hal itu. Tapi tidak sekarang, mungkin paginya saat rasa lelahku telah hilang. Pada malam itu, yang paling kuinginkan adalah cepat-cepat mandi dan pergi tidur. Namun, saat aku masuk ke dalam kamar mandi, ada bau busuk yang membuatku menutup hidung. Kamar mandi itu lembab dan pengap. Bak mandinya dipenuhi noda berwarna cokelat. Aku mulai muak.

Kami berdua tidak jadi mandi. Kami langsung saja mematikan lampu, kemudian berbaring di atas futon untuk tidur. Letak kedua futon itu berlawanan arah. Futon yang kugunakan menghadap langsung ke arah kamar mandi, sedangkan futon milik Shinichi menghadap ke arah jendela. Karena rasa lelah, hanya dalam hitungan menit saja, kami berdua pun tertidur.

  *   *   *

Pada tengah malam itu juga, aku tiba-tiba terbangun dalam kondisi setengah sadar. Aku mulai mengedipkan mata dan melihat sekeliling. Dalam cahaya temaram, aku melihat pintu kamar mandi terbuka. Aku sangat yakin, sebelumnya pintu itu aku tutup rapat-rapat untuk mencegah baunya memasuki ruangan. Tapi sekarang jelas-jelas pintu kamar mandi itu terbuka. Saat pandanganku mengarah ke bagian lantainya, aku melihat sesuatu bergerak di sana.

Saat itu sangat gelap, aku tidak bisa memastikan apa itu. Tapi, terlihat dua bentuk bayangan kecil seperti mencakari karpet.

"Apa lagi sekarang?! Tikus?! " geramku.

Aku mulai menyipitkan mataku. Aku berusaha menajamkan pengelihatanku dikondisi ruangan yang gelap saat itu. Aku tidak percaya pada apa yang kulihat. Itu adalah kepala seorang wanita dengan rambut hitam yang panjang. Apa yang kukira tikus ternyata adalah kedua tangan wanita tersebut.

Tangannya yang membengkak, menggenggam dan mencakari karpet sebelum tubuhnya secara perlahan-lahan merangkak keluar dari kamar mandi, sedikit demi sedikit. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena rambut hitamitu terurai ke depan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Saat itu seolah-olah aku lumpuh. Aku tidak bisa bergerak. Aku hanya berbaring di sana, menatap sesosok wanita menyeramkan itu merangkak perlahan ke arahku... inci demi inci... semakin dekat.

Aku berusaha sangat keras untuk lepas dari rasa lumpuh. Sampai akhirnya, aku berhasil mengeluarkan teriakan yang tadinya tertahan dan berjuang untuk bangkit dari tempat tidur. Segera aku menghidupkan lampu. Tapi saat aku kembali menoleh ke arah kamar mandi, wanita itu sudah menghilang. Tubuhku gemetar dan mulai dibasahi keringat dingin.

"Shinichi! " aku berbisik pada rekanku.

"Apakah kau melihatnya...? Wanita itu... yang merangkak di atas lantai..."

Aku mendekat untuk mengoyang-goyangkan tubuh Shinichi. Tapi ternyata ia sudah bangun. Ia menoleh hingga aku bisa melihat matanya terbuka lebar penuh ketakutan, dan dahinya yang dibahasi dengan keringat.

"Aku melihatnya..." ia berkata dengan suara bergetar.

"Setengah jam yang lalu, dia menatapku melalui jendela... dia menatapku..."

Kami berdua berjuang untuk berdiri, menyambar koper kami, dan lari keluar dari ruangan. Kami menghabiskan waktu semalaman di ruang manajer hotel untuk memberitahunya apa yang kami lihat.

Paginya, kami pergi ke meja resepsionis untuk protes. Sebelum pergi, aku memberitahu manajer hotel bahwa kami tidak akan pernah menginap di hotelnya lagi. Kami juga akan memperingatkan semua orang yang kami kenal untuk tidak menginap di sana.

Aku sangat shock. Pengalaman itu memberikanku trauma yang mengerikan. Terkadang gambaran hantu wanita itu masih terlintas dipikiranku. Dan rasa takut yang aku rasakan masih sama seperti saat aku melihatnya di hotel sial itu.


source: scaryforkid.com
translated by aulida_wazani, wattpad
edited & improved by Akira Asayami