Juli 25, 2016

Creepypasta - Ruang Terlarang

RUANG TERLARANG
source: wattpad. creepypasta jepang (horor) japan. by ZhukeLiang
translated from: Okaruto.tumblr.com
creepypasta indonesia, creepypasta jepang, kumpulan creepypasta

Takumi adalah seorang anak kecil yang tinggal di sebuah pedesaan di Jepang. Saat segala sesuatu tentang rumahnya normal, ada satu hal yang ganjil: sebuah ruangan yang dia, dan semua orang lainnya, dilarang untuk memasukinya. Bagaimanapun juga, Takumi adalah anak yang penasaran dan selalu ingin tahu. Semakin diberitahu untuk tidak masuk ruangan itu, semakin dia ingin melihat apa yang ada di dalam sana.


Satu hari, segenap anggota keluarganya pergi keluar, dia menyelinap masuk ke dalam ruangan itu. Saat dia masuk, dia terkejut dengan apa dia temukan. Tak ada apa-apa. Tidak ada apapun yang tampak ganjil. Hanya sebuah tempat tidur biasa. Dia tidak merasakan apapun yang ganjil, dan sinar matahari yang merembes masuk lewat jendela bersinar terang dan menyilaukan. Tidak ada yang perlu ditakuti mengenai ruangan itu.


Dia penasaran jika mungkin keluarganya hanya tidak ingin Takumi membuat kekacauan disana dan mencoba untuk menakut-nakutinya. Ruang tidur itu cukup hangat, dan sebelum menyadarinya, Takumi sudah tertidur lelap disana.


Beberapa jam kemudian, dia terbangun. Dia tidak mengalami mimpi menakutkan apapun, dan tampaknya tidak ada yang terjadi saat dia sedang tidur. Dia yakin tidak ada yang misterius telah terjadi di ruangan itu.


Saat dia hendak meninggalkan ruangan, dia merasa terdorong untuk membuka salah satu laci. Lemari itu hanya berisi sebuah boneka kecil bergaya Jepang. Dia membuka laci lain dan hanya dapat menemukan baju. Kenapa hanya satu laci yang mempunyai boneka kecil di dalamnya? Apa yang begitu penting tentang boneka itu?


Takumi menatap boneka itu. Setelah beberapa saat, dia langsung merasakan rasa takut yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.


Kemudian, setelah keluarganya kembali, Takumi bertanya pada neneknya tentang ruangan itu. Nenek mengatakan padanya kalau beberapa tahun yang lalu ruangan itu adalah milik adik perempuan ayah Takumi, Haruko. Sekitar 30 tahun yang lalu, rumah itu direnovasi menjadi bentuk rangkap. Rupanya, tepat di bawah sebuah kamar yang baru dibangun dulunya adalah taman, dan tanahnya telah 'ternoda'.


Ruangan Haruko, yang mana sekarang adalah ruang terlarang, berdiri di atas lahan itu. Saat rumah itu selesai direnovasi, Haruko mulai bertingkah aneh. Hal pertama yang keluarganya perhatikan adalah kalau dia mulai memiliki masalah tidur di kamarnya. Tidak peduli seberapa lelahnya dia, Haruko akan bangun tepat pada jam 3 setiap pagi.


Saat dia bangun, lampu di kamarnya akan menyala sendiri walaupun sudah dimatikan sebelum dia tidur. Lebih parahnya, dia berkata kalau ada seorang gadis muda yang duduk di ranjangnya; walaupun cahaya di ruangan itu menyala terang, wajah gadis itu tetap terselimuti kegelapan.


Bagaimanapun juga, Haruko tetap dapat merasa kalau gadis itu sedang tersenyum padanya. Selama sekitar sepekan hal itu terus berlanjut samapi Haruko mulai menghindari kamarnya. Dia cukup mandiri, jadi dia tidak ingin membuat keluarganya cemas karena hal itu. Setelah seminggu, dia menyerah dan berkata pada ayahnya tentang rasa takutnya.


"Tidak heran kalau sampai sekarang kau tidak bisa menikah!" ayahnya berteriak.


"Jika kau mengungkitnya lagi, kau bisa mencari tempat lain untuk hidup!"


Sekitar 2 minggu kemudian, nenek Takumi mengingat kembali keluhan Haruko. Haruko sudah berhenti berbicara tentang apa yang terjadi di dalam kamarnya dan bahkan mulai tersenyum lagi. Ibunya mulai berpikir kalau mungkin dia sudah mulai terbiasa dengan rumah barunya dan memutuskan bertanya padanya tentang hal itu.


"Tidak ada yang berubah," dia berkata dengan senyuman. "Aku baru saja terbiasa dengan kamar baruku. Pada awalnya disana hanya ada satu gadis, tapi sekarang sudah ada lebih banyak. Mereka semua mengawasiku kapanpun mereka mau!"


Suara Haruko meninggi seolah gemetar, tertawa dengan melengking. Ibunya tidak dapat membantu tapi menyadari bahwa semua tingkahnya tidak seperti Haruko yang normal. Mungkin hantu yang Haruko bicarakan sebenarnya nyata, atau mungkin hanya mimpi atau ilusi. Terlepas mana yang fakta, itu semua sudah terlambat.


Ruangan Haruko berada persis di sebelah kamar kedua orang tuanya, dan pada suatu malam ibunya mendengar sebuah suara garukan aneh dibalik dinding. Tidak yakin dengan apa yang sedang terjadi, ibunya bergegas menuju ruangan sebelah dan terkejut oleh apa yang dia lihat.


Haruko sudah membelah matras tatami dari lantai dan dengan mati-matian menggali sebuah lubang di tanah dengan tangan kosong.


Apa yang sedang kau lakukan?!" Ibunya berteriak tanpa berpikir. Haruko tampak tidak menghiraukannya. Tampaknya Haruko hanya tersenyum. Haruko lanjut menggali sampai dia tampaknya sudah menemukan sesuatu.


"Disini rupanya..." dia berbisik pada dirinya sendiri dan akhirnya berusaha menarik dirinya keluar dari lubang. Di tangannya ada sebuah boneka kecil bergaya Jepang yang sangat bersih dan sulit dipercaya benda itu berasal dari bawah tanah.


Haruko menyerahkan boneka itu pada ibunya. Dengan sebuah senyum masih terukir di wajahnya, dia berjalan dan mulai membenturkan kepalanya ke dinding.


"Apa yang terjadi padamu?!" Ibunya bergegas mendekatinya dan mencoba menenangkannya, tapi hal itu sia-sia; Haruko sepertinya terlalu kuat untuk dihentikan.


"Kau benar... Apa yang sedang aku lakukan? Apa yang telah kulakukan? Aku tidak tahu. Akutidaktahuakutidaktahuakutidaktahu..."


Selama beberapa saat Haruko terlihat seperti meragukan apa yang sedang dia lakukan, tapi dia sekilas kehilangan kewarasannya dan mulai tertawa dengan aneh.


Itulah saat ibunya mendengarnya. Bercampur dengan suara Haruko adaah suara belasan anak kecil. Haruko lanjut menghantamkan kepalanya ke dinding selama lebih dari sepuluh menit.


Tiba-tiba, dia langsung lemas dan jatuh pingsan.


"Dia kelihatan seperti sebuah boneka," Ibu Haruko--Nenek Takumi--berkata.


Ayah Haruko, terbangun karena suara di ruang sebelah, langsung memanggil ambulans. Saat Haruko dibawa ke rumah sakit, dokter menyatakan kalau kondisinya sudah parah. Beberapa bagian otak, batang otak, dan tengkoraknya terluka sangat parah.


Saat ibunya menjelaskan kepada dokter apa yang telah terjadi, mereka tidak percaya padanya.


"Apakah putri anda benar-benar melakukan semua itu pada dirinya sendiri? Kerusakan otak semacam ini mustahil dilakukan sendiri seperti yang kau deskripsikan.


Ayahnya, merasa kalau dia sudah membiarkan putrinya tewas, pergi mengunjungi seorang pendeta di sebuah kuil untuk memastikan kalau sesuatu bisa dilakukan untuk menyucikan rumah itu. Seseorang sepakat untuk melihat ke dalam kamar; dia muntah saat melewati ambang pintu.


Saat dia mulai pulih dan tenang, dia berkata kalau sebuah tempat keramat telah didedikasikan untuk aborsi calon anak, dan anak yang meninggal karena jatuh sakit dulu ditempatkan dibawah ruangan Haruko. Karena ruangan itu dibangun di atas tempat keramat itu, sekarang banyak roh berkumpul disana.


"Kau tidak bisa menggunakan ruangan ini lagi," pendeta itu memaksa dengan gaya mengancam.


Ibu Hatuko menunjukkan boneka itu pada pendeta dan memintanya membawa benda itu bersamanya.


"Aku tidak mau berurusan dengan benda itu", katanya dengan halus.


" Aku tidak mau melakukan upacara pengusiran secara ceroboh karena hal itu hanya akan membuat keadaan jadi semakin buruk. Buang boneka itu atau bakar saja."


Ibu Haruko mengikuti nasihat pendeta itu. Dia mencoba membuangnya, dan mencoba membakarnya. Setiap kali dia berpikir sudah menyingkirkan benda itu, boneka itu selalu muncul kembali. Saat dia membuangnya, boneka itu akan muncul lagi di dalam meja rias. Saat dia membakarnya, boneka itu tidak terbakar, dan malah percikan api akan muncul keluar dan mengenai benda apapun yang ada di sekitarnya.


Seiring waktu setelah beberapa kali hal seperti itu terjadi, dia akhirnya menyerah untuk menyingkirkan boneka itu. Dia mengubur kembali boneka itu di tempat Haruko menemukannya, dan semua orang dilarang memasuki ruangan itu.


Dia menjelaskan pada Takumi kalau kejadian itu terlalu pedih untuk dikenang, dan dia tidak mau membuat Takumi terlalu terbebani dengan hal-hal semacam itu.


"Aku tidak tahu kalau mengubur boneka itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan, tapi hal itu sudah berakhir," katanya.


"Selama boneka itu tetap berada disana, kita semua aman."


Takumi memalingkan wajahnya pada neneknya.


Boneka itu sudah keluar..." dia berbisik pada dirinya sendiri.


*       *       *       *       *