Bay Window (Jendela)
source: wattpad. creepypasta & horror story, by Reiikyoko
checked & improved, by Akira Asayami
Pada suatu malam di musim saalju yang begitu dingin, seorang gadis berumur enam belas tahun yang bernama Brittany Snow, sedang berada di rumah seorang diri, sambil menonton TV. Orang tuanya sedang pergi ke pesta makan di rumah salah satu temannya. Semenjak sore, salju telah turun dengan lebat, tetapi Brittany merasa nyaman karena ia sedang duduk di sofa yang berada di ruang keluarga, sambil diselimuti oleh selimut yang hangat.
Ketika tengah malam tiba, orang tua Brittany masih belum pulang dan ia mulai merasa tidak nyaman akan hal itu. Ia tidak mau menelepon orang tuanya karena dia pasti akan dianggap tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
Televisi ada di sudut ruangan, disebelah jendela yang besar. Dia sedang menonton salah satu film favoritnya. Sebuah film horor yang berjudul Prom Night. Ketika tiba-tiba, dari sudut matanya, ia melihat sesuatu bergerak di luar jendela.
Melalui kegelapan dan hujan salju, dia bisa melihat sosok seorang pria, sedang berjalan melalui jendela. Ketika pria itu semakin dekat, ia bisa melihat wajah pria itu dengan penuh kengerian.
Wajah pria itu begitu menyeramkan karena banyak bekas luka di wajahnya. Matanya liar dan begitu gila. Dan tampaknya pria itu menyeringai gila kepadanya. Ketakutan, Brittany meraih selimutnya dan kemudian bersembunyi dibalik selimut itu. Dia benar-benar tidak berani untuk bergerak sedikit pun.
Perlahan-lahan, ia menarik selimut itu kebawah hanya agar bisa mengintip walaupun dengan sebelah mata saja. Lelaki itu masih ada disana, ia hanya berdiri disana. Lelaki itu terus menerus menatap Brittany ketika salju turun dibelakang pria itu. Kemudian, lelaki itu merogoh mantelnya dan kemudian mengeluarkan sesuatu dibalik mantelnya. Itu adalah sebuah pisau yang begitu panjang.
Dilanda ketakutan, Brittany kembali menarik selimut keatas kepalanya dan berharap pria gila itu akan mengira dirinya hanyalah sebuah selimut yang diletakkan diatas sebuah sofa. Dia berhasil menggerakan tanganya secara perlahan agar bisa meraih kantongnya dan kemudian mengeluarkan ponsel miliknya. Dengan perasaan panik ia menekan tombol di ponselnya, dan kemudian memanggil 911 dan menahan napas sambil menunggu jawaban.
Saat operator bertanya "Apa keadaan darurat mu?", Brittany mendekatkan ponselnya dekat dengan wajahnya dan berbisik "Ada seorang pria diluar rumahku. Dia memegang sebuah pisau. Tolong datang dengan cepat!"
Dia duduk dibawah selimutnya tanpa bersuara. Setelah beberapa menit ia menunggu, akhirnya ia mendengar suara sirene diluar rumahnya dan kemudian polisi mulai mengetuk pintu depan rumahnya.
Brittany melepas selimutnya dan kemudian bergegas berlari kearah pintu depan, dan membiarkan kedua polisi itu masuk kedalam rumahnya. Polisi itu berkata kepadanya jika mereka tidak melihat jejak seseorang di luar rumahnya.
"Dia ada disana!", kata Brittany, sambil menunjuk ke jendela yang mengarah ke halaman depan rumahnya yang telah tertutupi salju.
"Itu tidak mungkin.", kata petugas perempuan. "Tidak mungkin ada orang disana. Salju itu benar-benar terlihat tidak tersentuh. Jika ada seseorang disana, pasti dia akan meninggalkan jejak diatas salju-salju itu."
"Tapi dia berada disana, sambil terus memandangiku.", kata Brittany. "Aku melihatnya dengan kedua bola mataku sendiri."
"Kau tahu, mungkin saja matamu mempermainkan dirimu.", kata petugas laki-laki. "Mungkin kau sedah terlalu banyak menonton film horor."
Para petugas berbalik untuk pergi. Tiba-tiba, petugas perempuan itu berhenti. Sepertinya dia mencurigai sesuatu. Petugas perempuan itu kembali untuk menarik sofa yang telah diduduki Brittany. Kemudian ia memeriksa di arah belakang sofa tersebut .Kemudian matanya melebar karena kaget.
Brittany dan petugas yang laki-laki pun ikut tersentak.
Di karpet yang berada di belakang sofa tersebut, terdapat sebuah jejak yang basah dan sebuah pisau yang tegeletak.
"Kau tidak melihat pria di luar jendela.", kata petugas perempuan. "Kau sedang melihat pantulannya. Sebenarnya dia telah berdiri dibelakangmu dari tadi."
* * * * *