Midnight Snack
Biasanya aku sangat menantikan midnight snack yang dibuatkan ibuku, namun kali ini tidak.
Satu minggu ini aku selalu tidur larut malam, bahkan mendekati pagi. Bukan karena penyakit insomnia, namun ujian kelas tingkat akhir sudah sebentar lagi. Aku tak mau malu dicela karena nilaiku yang turun.
Alhasil, aku selalu berdiam diri di kamar mulai dari jam 8 malam sampai waktu aku benar-benar ingin tidur. Aku belajar di kamarku yang gelap dengan penerangan melalui lampu meja belajarku saja. Aku tak bisa fokus jika tak seperti ini. Dan apabila sudah tengah malam....
"Takeshi, Ibu mengantarkan makanan."
Mulutku tersenyum lebar. Midnight snack. Ibuku selalu perhatian dengan membuatkannya untukku. Aku membuka pintu kamarku, dan mengambil midnight snack tersebut dari ibuku. Beberapa cookies cokelat dengan susu vanilla putih hangat. Benar-benar pengertian ibuku ini.
* * *
Seperti malam-malam sebelumnya, aku menekuni kegiatan belajar tengah malamku. Pintu kamarku terkunci, dan aku mulai fokus belajar. Jam wekerku bergetar pelan, menandakan bahwa waktu sudah menunjukkan tepat tengah malam.
Kemudian, pintu kamarku berbunyi seperti diketuk orang.
"Takeshi , Ibu mengantarkan makanan."
Aku bergeming. "Ya, taruh saja, Bu."
Ketukan pintu semakin keras. "Buka pintunya, Takeshi. Ibu mengantarkan makanannya untukmu."
Tak kusangka, tanganku sedikit bergemetar, dan aku menjadi tak fokus belajar. Kurasa aku sudah mulai lelah.
"Takeshi, buka pintunya!" Pintu yang semula diketuk, kini seakan-akan seperti sedang didobrak. Aku hanya bisa menahan napasku. Suara-suara itu begitu keras, dan di keheningan kamarku, aku bisa mendengar suara desahan napas dari arah luar pintu.
"Taruh saja makanannya di depan pintu!" sahutku.
"CEPAT BUKA PINTUNYA!" Dan kali ini kurasakan jantungku yang hampir mau meloncat keluar dari tenggorokan. Aku tak bisa berkata apa-apa, bahkan bergerak pun tak mungkin. Sepertinya aku sudah membuatnya marah besar. Aku hanya bisa berharap pintu kamarku dapat bertahan dari amarahnya.
"Takeshi ...."
Tak berani untuk mendekati pintu, aku lebih memilih untuk meringkuk di balik selimut tebalku. Hingga akhirnya dia menyerah, dan perlahan-lahan meninggalkan kamarku. Suara kakinya yang diseret, suara langkah kakinya yang menjauh, bahkan desisan dari mulutnya dapat kudengar dengan jelas.
Alasan satu-satunya mengapa aku tak membukakan pintu adalah....
.
.
.
.
.
.
Karena hanya aku seorang diri di rumah ini.
* * *
Keesokan paginya, aku baru berani keluar kamar ketika sudah benar-benar memastikan bahwa kedua orang tuaku sudah kembali. Kusibak gorden kamar dan kubuka jendela lebar-lebar. Aku menghirup napas dalam-dalam. Kejadian tadi malam seperti sebuah mimpi buruk.
Mungkin memang hanya sekadar mimpi karena aku kelelahan.
Aku lalu keluar dari kamarku karena ingin makan.
Sial!
Aku teriak keras-keras dan hanya bergeming di ambang pintu. Kakiku tak mau bergerak, bahkan tubuhku sepenuhnya bergetar. Bulu kudukku meremang tinggi-tinggi, dan aku hanya berani menilik sedikit-sedikit ke arah pintu kamarku.
Itu bukan mimpi!
Cakaran-cakaran kuku benar-benar ada di pintu kamarku, dengan bercak-bercak merah telapak tangan.
source:
indofanfictkpop.wordpress.com (diubah sedikit oleh, Myth404)
wattpad. creepypasta jepang (horor) japan, by ZhukeLiang
improved a bit by Akira Asayami